TARI PENDET :: Tari Pendet ::TARIAN Asli Bali :: Artikel - Tari Pendet tergolong jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan secara khusus untuk keperluan ritual keagamaan. Tarian yang dianggap sangat disucikan karena mengandung nilai-nilai religiusitas yang tinggi. Suatu tarian yang juga merupakan gerakan ritual pemujaan kepada para dewea yang telah berbaik hati memberikan segala kebutuhan manusia.
Tarian upacara lain biasanya memerlukan penari khusus dan terlatih serta harus melalui berbagai ritual khusus. Sedangkan tarian pendet bisa dilakukan oleh siapa pun. Baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam dan dapat dilakukan oleh semua gender.
Pada dasarnya, dalam tari ini, para gadis muda hanya mengikuti gerakan dari penari perempuan senior di depannya yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Inilah yang membuat tarian satu ini cukup dikenal dan mudah menarik hati setiap orang untuk mempelajarinya dan mencoba menarikannya. Tubuh yang gemulai akan terlihat menyatu dengan para penari yang lain membuat keindahan tarian ini semakin memesona.
Tidak mengherankan kalau keterkenalan tarian Bali satu ini menggoda negara lain untuk mengklaimnya. Pesona gerakan tangan dan lirikan mata yang cukup atraktif telah membuat tarian Bali ini sangat menarik. Tentu saja orang Bali pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya yang sangat tahu bahwa tarian itu berasal dari Bali, sempat marah dan merasa sangat tersinggung.
Tidak sulit mempelajari tarian ini. Tetapi hal itu bukannya satu cara yang indah untuk menganggap dan mengklaim bahwa tarian ini bukan dari Bali, Indonesia melainkan dari negara lain hanya karena mereka memiliki penari yang bisa menarikan tarian ini dengan sempurna.
Adalah kewajiban setiap anak bangsa untuk mempertahankan kelestarian budaya termasuk tarian yang sangat khas. Ketika anak bangsa tidak lagi peduli, jangan salahkan dan jangan marah kepada orang lain yang berasal dari negara lain yang terlihat sangat peduli dan ingin melestarikannya.
Klaim itu merupakan satu sinyal betapa begitu banyak orang lain yang menginginkan kebudayaan Indonesia menjadi milik mereka. Merek atampaknya cemburu dan meratapi nasib mengapa mereka tidak mempunyai budaya yang begitu banyak seperti bangsa Indonesia.
Sedangkan bangsa Indonesia sendiri, karena mungkin merasa telah memiliki begitu banyak buday adan kebudayaan, akhirnya terlena dan tidak menyadari kekayaannya sehingga tak ada data yang akurat berapa jumlah kekayaan itu. Hal ini tidak boleh lagi terjadi. Bangsa ini harus sadar kalau ia kaya dan kekayaan itu harus didata. Sama seperti orang kaya harta.
Ketika dia tidak menyadari betapa kayanya ia, ia seolah semana-mena dengan kekayaannya dan terlihat tak peduli. Namun, saat ada yang terlihat sedikit peduli, barulah ia sadar bahwa begitu banyak miliknya yang belum didokumentasikan dengan baik.
Pendataan kekayaan budaya itu adalah salah satu sikap penghargaan dan penghormatan kepada para pendahulu yang telah dengan kerja keras bersusah payah merenungkan dan menciptakan satu budaya yang bisa diwariskan kepada anak cucu.
Jangan disia-siakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain kepada kita. Kita yang tinggal menikmati harusnya mempunyai kesadaran untuk melestarikannya.
Perlahan, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tarian menjadi tarian “selamat datang”. Tentu saja ada gerakan yang tidak sama ketika tarian ini ditampilkan di Pura dan ketika tarian ini ditampilkan di depan orang banyak.
Tari ini sebagai tarian selamat datang dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti tarian aloha di Hawaii. Hal ini dimaksudkan untuk membuat para tamu senang dan merasa diperhatikan dan kehadirannya dianggap sesuatu yang penting.
Meskipun demikian, bukan berarti tari ini kehilangan nilai kesakralannya. Tarian ini tetap memiliki nilai sakral dan religius dengan mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan yang kental. Bila diperhatikan, para penari tetap harus merasa bahwa tarian ini mengandung nilai yang tidak biasa dan tidak boleh dibawakan sembarangan dengan memodifikasinya sekehendak hati.
Para penari pendet berdandan seperti para penari upacara keagamaan sakral lainnya, yaitu memakai pakaian upacara, setiap penari membawa sesajian persembahan, seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya.
Dari tata cara menari yang memang terlihat seperti tarian peribadatan, maka tarian ini memang tidak boleh dibawakan dengan main-main. Nilai-nilai religiusitas itu membawa penari merasa bertanggung jawab untuk bisa membawakannya dengan sebagus dan seindah mungkin agar para dewa berkenan dengan semua persembahan yang diberikan.
Pada akhir tarian, para penari akan menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang. Biasanya, tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu atau memulai suatu pertunjukan.
Semasa hidupnya, dia aktif mengajarkan dan melestarikan beragam tari Bali, termasuk tarian yang sakral ini kepada keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya.
Suatu kreasi yang berasal dari jiwa akan menghasilkan satu karya yang akan mampu memberikan efek dan reaksi yang menggugah jiwa pula. Gerakan yang benar-benar diciptakan dengan tujuan memberikan penghormatan kepada para dewa membuat sang pencipta tarian ini berhati-hati dan dengan penuh kasih ia meletakkan dirinya sebagai seorang hamba yang taat dan begitu mengagungkan Para Pemberi kesejahteraan di dunia.
Satu karya yang harus dilestarikan dengan cara tetap mempelajari dan menampilkannya ke depan para tamu. Dengan sering ditampilkan, maka akan banyak orang merasa tertarik mempelajarinya. Paling tidak ketertarikan itu akan menumbuhkan rasa sayang dan rasa cinta kepada tarian indah ini.
Jangan sampai orang lain malah lebih mengenal tarian ini bukan berasal dari Bali. Satu kerugian yang mendalam bila tarian ini sampai tak dikenal sebagai bagian dari budaya Indonesia.
Menurut sejarah, tari ini telah mengakar dalam budaya Bali. Tarian ini bahkan merupakan salah satu tarian yang paling tua di antara tari-tarian yang ada di Pulau Dewata. Untuk itu, diperlukan perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencegah pengakuan budaya Indonesia oleh negara lain.
Modifikasi memang boleh saja dilakukan sebagai dampak dari perkembangan zaman dan untuk lebih menarik perhatian anak bangsa agar lebih semangat mempelajarinya. Tetapi satu hal yang apsti adalah bahwa para pembuat modifikasi itu menyadari kesakralan dan nilai-nilai keagamaan yang dikandung oleh tari pendet.
Mudahnya Mempelajari Tari Pendet
Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada 1970-an. Tari ini bercerita tentang turunnya dewa-dewi kahyangan ke bumi. Penciptanya sangat paham adat dan hukum dalam pemujaan terhadap dewa-dewi. Tidak heran kalau tarian ini mampu memperlihatkan gambaran cara manusia memuja sang pelindung hidupnya. Inilah tarian persembahan kepada yang telah berbaik hati kepada manusia. Meskipun tarian ini termasuk jenis tarian wali, berbeda dengan tarian upacara lain.Tarian upacara lain biasanya memerlukan penari khusus dan terlatih serta harus melalui berbagai ritual khusus. Sedangkan tarian pendet bisa dilakukan oleh siapa pun. Baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam dan dapat dilakukan oleh semua gender.
Pada dasarnya, dalam tari ini, para gadis muda hanya mengikuti gerakan dari penari perempuan senior di depannya yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Inilah yang membuat tarian satu ini cukup dikenal dan mudah menarik hati setiap orang untuk mempelajarinya dan mencoba menarikannya. Tubuh yang gemulai akan terlihat menyatu dengan para penari yang lain membuat keindahan tarian ini semakin memesona.
Tidak mengherankan kalau keterkenalan tarian Bali satu ini menggoda negara lain untuk mengklaimnya. Pesona gerakan tangan dan lirikan mata yang cukup atraktif telah membuat tarian Bali ini sangat menarik. Tentu saja orang Bali pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya yang sangat tahu bahwa tarian itu berasal dari Bali, sempat marah dan merasa sangat tersinggung.
Tidak sulit mempelajari tarian ini. Tetapi hal itu bukannya satu cara yang indah untuk menganggap dan mengklaim bahwa tarian ini bukan dari Bali, Indonesia melainkan dari negara lain hanya karena mereka memiliki penari yang bisa menarikan tarian ini dengan sempurna.
Adalah kewajiban setiap anak bangsa untuk mempertahankan kelestarian budaya termasuk tarian yang sangat khas. Ketika anak bangsa tidak lagi peduli, jangan salahkan dan jangan marah kepada orang lain yang berasal dari negara lain yang terlihat sangat peduli dan ingin melestarikannya.
Klaim itu merupakan satu sinyal betapa begitu banyak orang lain yang menginginkan kebudayaan Indonesia menjadi milik mereka. Merek atampaknya cemburu dan meratapi nasib mengapa mereka tidak mempunyai budaya yang begitu banyak seperti bangsa Indonesia.
Sedangkan bangsa Indonesia sendiri, karena mungkin merasa telah memiliki begitu banyak buday adan kebudayaan, akhirnya terlena dan tidak menyadari kekayaannya sehingga tak ada data yang akurat berapa jumlah kekayaan itu. Hal ini tidak boleh lagi terjadi. Bangsa ini harus sadar kalau ia kaya dan kekayaan itu harus didata. Sama seperti orang kaya harta.
Ketika dia tidak menyadari betapa kayanya ia, ia seolah semana-mena dengan kekayaannya dan terlihat tak peduli. Namun, saat ada yang terlihat sedikit peduli, barulah ia sadar bahwa begitu banyak miliknya yang belum didokumentasikan dengan baik.
Pendataan kekayaan budaya itu adalah salah satu sikap penghargaan dan penghormatan kepada para pendahulu yang telah dengan kerja keras bersusah payah merenungkan dan menciptakan satu budaya yang bisa diwariskan kepada anak cucu.
Jangan disia-siakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain kepada kita. Kita yang tinggal menikmati harusnya mempunyai kesadaran untuk melestarikannya.
Tarian Pemujaan
Awalnya, tarian pendet merupakan tarian pemujaan yang banyak dilakukan di pura. Tarian ini menggambarkan penyambutan dan persembahan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam Marcapada. Tidak heran, pada awalnya tidak banyak pertunjukan yang menampilkan tarian ini di muka umum.Perlahan, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tarian menjadi tarian “selamat datang”. Tentu saja ada gerakan yang tidak sama ketika tarian ini ditampilkan di Pura dan ketika tarian ini ditampilkan di depan orang banyak.
Tari ini sebagai tarian selamat datang dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti tarian aloha di Hawaii. Hal ini dimaksudkan untuk membuat para tamu senang dan merasa diperhatikan dan kehadirannya dianggap sesuatu yang penting.
Meskipun demikian, bukan berarti tari ini kehilangan nilai kesakralannya. Tarian ini tetap memiliki nilai sakral dan religius dengan mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan yang kental. Bila diperhatikan, para penari tetap harus merasa bahwa tarian ini mengandung nilai yang tidak biasa dan tidak boleh dibawakan sembarangan dengan memodifikasinya sekehendak hati.
Tarian Sakral
Umumnya, tarian pendet dilakukan secara berkelompok atau berpasangan. Tarian ini dianggap lebih dinamis daripada tari rejang. Atraksi yang menarik dengan kelincahan para penari, membuat tarian ini sangat menarik. Tarian nan sakral ini ditampilkan setelah tari rejang di halaman pura dan umumnya menghadap ke arah suci (pelinggih).Para penari pendet berdandan seperti para penari upacara keagamaan sakral lainnya, yaitu memakai pakaian upacara, setiap penari membawa sesajian persembahan, seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya.
Dari tata cara menari yang memang terlihat seperti tarian peribadatan, maka tarian ini memang tidak boleh dibawakan dengan main-main. Nilai-nilai religiusitas itu membawa penari merasa bertanggung jawab untuk bisa membawakannya dengan sebagus dan seindah mungkin agar para dewa berkenan dengan semua persembahan yang diberikan.
Tarian Hindu
Sejak lama, tarian pendet merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh sekelompok remaja putri. Setiap penari membawa mangkok perak (bokor) yang berisi penuh dengan bunga.Pada akhir tarian, para penari akan menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang. Biasanya, tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu atau memulai suatu pertunjukan.
Pencipta Tari Pendet
Pencipta atau koreografer tarian pendet modern adalah I Wayan Rindi. Dia merupakan seorang penari yang dikenal sebagai penekun dan pemerhati seni tari yang memiliki kemampuan menggubah dan melestarikan seni tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya.Semasa hidupnya, dia aktif mengajarkan dan melestarikan beragam tari Bali, termasuk tarian yang sakral ini kepada keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya.
Suatu kreasi yang berasal dari jiwa akan menghasilkan satu karya yang akan mampu memberikan efek dan reaksi yang menggugah jiwa pula. Gerakan yang benar-benar diciptakan dengan tujuan memberikan penghormatan kepada para dewa membuat sang pencipta tarian ini berhati-hati dan dengan penuh kasih ia meletakkan dirinya sebagai seorang hamba yang taat dan begitu mengagungkan Para Pemberi kesejahteraan di dunia.
Satu karya yang harus dilestarikan dengan cara tetap mempelajari dan menampilkannya ke depan para tamu. Dengan sering ditampilkan, maka akan banyak orang merasa tertarik mempelajarinya. Paling tidak ketertarikan itu akan menumbuhkan rasa sayang dan rasa cinta kepada tarian indah ini.
Jangan sampai orang lain malah lebih mengenal tarian ini bukan berasal dari Bali. Satu kerugian yang mendalam bila tarian ini sampai tak dikenal sebagai bagian dari budaya Indonesia.
Sempat Diklaim Malaysia
Tari pendet penyambutan yang dimodifikasi dari tarian pendet sakral sempat diklaim oleh negara tetangga, Malaysia, sebagai bagian dari budayanya. Kejadian ini sempat memanaskan hubungan negara serumpun ini. Pengakuan tarian ini oleh Malaysia merupakan imbas dari tidak ada hak kekayaan intelektual dari pemerintah Indonesia.Menurut sejarah, tari ini telah mengakar dalam budaya Bali. Tarian ini bahkan merupakan salah satu tarian yang paling tua di antara tari-tarian yang ada di Pulau Dewata. Untuk itu, diperlukan perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencegah pengakuan budaya Indonesia oleh negara lain.
Modifikasi memang boleh saja dilakukan sebagai dampak dari perkembangan zaman dan untuk lebih menarik perhatian anak bangsa agar lebih semangat mempelajarinya. Tetapi satu hal yang apsti adalah bahwa para pembuat modifikasi itu menyadari kesakralan dan nilai-nilai keagamaan yang dikandung oleh tari pendet.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SOBAT
Judul: TARI PENDET :: Tari Pendet ::TARIAN Asli Bali :: Artikel Tari Pendet
Ditulis oleh : Indonesia Documents Group
Anda sedang membaca artikel TARI PENDET :: Tari Pendet ::TARIAN Asli Bali :: Artikel Tari Pendet. Artikel ini dilindungi oleh hak Cipta kami dari www. myfreecopyright.com. Jika ingin mengutip, harap memberikan link aktif dofollow ke URL https://indonesiadocuments.blogspot.com/2012/08/tari-pendet.html. Jika Tidak akan diproses hukum oleh DMCA Takedown dan berakibat buruk pada blog sodara . Terima kasih atas Perhatian saudara serta Terima Kasih telah berkunjung di blog ini.
No comments:
Post a Comment